• Kicauan Terakhir

  • Baca Juga

  • Komentar Anda

    debrajoem on 13 Tahun jadi Blogger, Kini Pe…
    Blog Entertainment I… on Sekedar Tips dari Twitter untu…
    Blog Berita Indonesi… on Film Tsunami Aceh Hadir di Lay…
    Blog Teknologi Indon… on Perempuan Aceh dan Arti Sebuah…
    Blog Olahraga Indone… on 13 Tahun jadi Blogger, Kini Pe…
    Yusuf on Makam Tgk Di Cantek, Terlantar…
    Miftah Habibi on 13 Tahun jadi Blogger, Kini Pe…
  • Arsip

  • Kategori

  • Para netter yang doyan ke OWL

    Aulia87.wordpress.com website reputation
    MyFreeCopyright.com Registered & Protected

Bid’ah dan Tauhid


Tidak salah bila manusia ini sangat kecil di hadapan Allah, mengapa saya mengatakan begitu? Memang begitulah apa yang telah Allah sampaikan dalam firman-firman-Nya dalam Al-Quran.

Tidak ada hak kita untuk berlaku sombong di depan Allah apalagi membangkan dari bumi yang kita pijak ini. Karena sesungguhnya manusia itu hina di sisi Allah, kecuali mereka-mereka yang memiliki beberapa derajat yang ditinggikan Allah dan bertaqwa kepada-Nya.

Sekelumit cerita yang saya dapat pada hari sabtu (22/3) semenjak shubuh sampai malam kembali saya torehkan di postingan ini. Dengan harapan ilmu atau pun cerita ini menjadi bahan resapan ilmu bagi saya sendiri dan juga bagi anda-anda sekalian.

Di sore hari sabtu saya ngobrol online (chat) dengan seseorang, yang kebetulan saudara seiman dan seakidah yang nun jauh disana. Sengaja dipostingan ini saudara saya ini tidak saya sebutkan namanya melainkan cukup dengan saya istilahkan Tengku saja atau pun ustadz yang lebih dikenal disini.

Berawal dari keisengan saya untuk menanyakan sesuatu tentang kata-kata seputar bid’ah. Tentu anda mengerti akan bid’ah kan? yakni sesuatu yang diada-adakan atau dibuat-buat, namun hal tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW pada masanya hidup di dunia ini. Itu mungkin penjelasan kasar kata saja, menurut mudahnya kita mengerti. Namun, bila anda ingin lebih memahami dalam mencari kata-kata bid’ah banyak rujukan-rujukan kitab atau pun bisa anda cari langsung di om google.

Layaknya sebuah chattingan pasti ada interaksi (pertanyaan dan jawaban), inilah media yang saat ini saya sudah mulai mengoptimalkan dengan sesuatu yang berguna adanya, selain media hiburan mendapat teman atau juga sebagai penghubung ukhuwah dengan sesama manusia.

Keisengan dari chattingan tersebut tentu membuahkan hasil yang saya hargai sangat bernilai adanya sampai hampir 90 menit lebih saya mencoba untuk belajar pada seorang Tengku.

Pertanyaan demi pertanyaan saya lontarkan, dimana hal tersebut saya kurang mengetahuinya sampai hal-hal yang sebenarnya saya belum mengetahuinya sama sekali.

Berawal dari puasa sunnah setiap pertengahan bulan Hijriyah saya memulai diskusi, kebetulan untuk bulan Rabi’ul Awal saya harus berpasrah diri telat dua hari untuk tidak mengerjakannya berhubung satu dan lain hal. Inilah juga sebuah kemudahan yang diberikan Allah, sesuatu yang sunnah dengan kenikmatan yang berbeda-beda.

Lengkap dengan puasa sunnah pertengahan bulan, beralih dengan kata-kata bid’ah. Karena tepat sabtu itu di mesjid Mardhotillah berlangsung kuliah subuh untuk kelurahan Srengseng Sawah.

Saya mendengar kuliah ini bukan di mesjid, justru di kosan (cuma 20 meter dengan mesjid). Mungkin ini sih gak afdhal-afdhal banget untuk mengikuti kuliah shubuh, namun saya yakin ini ada manfaat dan hikmah dari kuliah shubuh tersebut secara e-learning (mungkin maksa ya).

Ketika pak kiay menjelaskan masalah zikir setelah shalat yang sebagian golongan menganggap ini bid’ah, saya tersentak dengan kata-kata perpecahan internal dari umat Islam itu sendiri. Mengapa demikian?, karena ada beberapa golongan menganggap hal ini terlalu dibesar-besarkan sampai harus terjadi perselisihan paham bahkan harus saling menghujat. Bukankah Nabi telah mengatakan bahwa perbedaan itu adalah rahmat, dimana kita bisa saling mengerti antara satu sama lain. Tetapi kenyataan itu di Indonesia menjadi besar dari hal-hal kecil yang sangat sepele sekali pun.

Penjelasan panjang lebar dari pak kiay, akhirnya ditutupi dengan sebuah untaian kata tentang golongan yakni dimana umat Islam itu pecah menjadi 73 golongan. Nah, disini lah pengetahuan pertama saya mencuat. Yang awalnya saya menganggap 73 golongan ini adalah aliran umum, ternyata wabil khusus merupakan bagian dari golongan-golongan masalah tauhid. Sedangkan dalam masalah fiqh juga memiliki aliran tersendiri. Jadi, kita harap anda bisa membedakannya.

Kembali lagi dengan bid’ah, pertanyaan menarik adalah apakah semua bid’ah itu sesat baik itu dalam hubungan muamalah, ubudiyah, dan lain-lain sebagaianya? tentu jawabannya belum tentu kecuali menurut paham wahabiyah atau salafiyah. Karena gampangnya kita bisa memberikan contoh adalah menggunakan komputer anda untuk membaca ini bisa jadi bid’ah dan masih banyak contoh lainnya.

Bid’ah itu sendiri menurut kitab Majlis ‘Syarah Matan Arba’in An-Nawawi, lebih kurangnya menjelaskan bahwa bid’ah memiliki dua kelompok atau kategori yakni bid’ah hasanah dan bid’ah dhalalah. Dimana masing-masing artinya adalah sama-sama mengadakan sesuatu yang tidak dicontohkan Nabi semasa dulu.

Menuru arti istilah dari bid’ah hasanah adalah sesuatu yang dilakukan sesuai dengan aturan tidak menyalahi syariat bahkan tidak mengandung unsur kesyirikan. Misalnya seperti zikir setelah shalat, berziarah ke kubur dengan berdoa dan memanjatkan ayat-ayat suci Al-Quran untuk mengirimkan pahala ke si mayit, menggunakan internet sebagai media dakwah dan masih banyak contoh lainnya.

Lalu bid’ah dhalalah adalah sesuatu yang dikerjakan dengan berbuah syirik kepada Allah, misalnya saja membawa makanan atau sesajen untuk digantung di hutan, ziarah dan berdoa untuk kuburan bukan mengirim pahala kepada si mayit, dan berbagai kegiatan lainnya yang tidak sesuai dengan tatanan syariat.

Kenapa zikir setelah shalat dimasukkan dalam bid’ah hasanah?, karena ada penentuan waktu setelah shalat dan dipimpin oleh seseorang contohnya imam. Lagi pula zikir sendiri tanpa dipimpin oleh imam juga tidak masalah. Ketika kita berbicara dengan melibatkan orang awam dan bukan orang yang seutuhnya bisa berbahasa arab tentu untuk berzikir harus ada orang yang memimpinnya untuk menghindari dari kesalahan ucapan dan sebagainya apalagi bila di lihat persentase masyarakat muslim dinegeri ini tidak ada yang melebihi 20 persen mengenal baca Quran dengan baik.

Bagi mereka para walisongo dulu juga sebenarnya mereka dalam melakukan penyebaran agama juga sangat banyak tergolong dalam bid’ah hasanah, wayang yang menjadi medium penyampaian syiar agama tidak dikenal pada masa Nabi dulu. Namun, salah satu wayang inilah yang dapat digunakan untuk membawa mereka sesuai dengan keadaan orang-orang waktu itu.

Jadi, sudah saatnya kita tidak membuat perselisihan dengan hal-hal yang bisa dicerna dengan baik-baik oleh akal dan pikiran ini. Karena belum saatnya juga kita untuk berkata-kata dengan taklid (mengikuti sesuatu tanpa menyebutkan dalil). Banyak kita dalam melakukan diskusi atau kata kasarnya debat selalu harus mengeluarkan dalil ini dan dalil itu.

Mudahnya adalah seperti mengakui akan keesaan Allah, tidak mungkin disini kita menyebutnya sebagai taklid melainkan harus sesuai dengan dalil, karena untuk bahasan tauhid tidak mengenal taklid. Walaupun mereka para 4 imam (Syafe’i, Hanafi, Hambali, Maliki) yang mendapat ilmu juga tidak berhak untuk bertaklid. Memang mereka adalah orang-orang yang telah mampu mendapat gelar Mufti dan Mujtahid, beda dengan kita-kita orang masih dalam kalangan awam. Karena Allah SWT tidak memberikan semua ilmu itu kepada kita semua, maka dari itu dituntut untuk belajar baik dalam tauhid dan fiqh.

Namun, tidak semestinya orang awam harus berdiam diri untuk tidak belajar ilmu tauhid dan fiqh. Karena belajar akan ilmu tauhid itu wajib bagi kita semua. Bagaimana kita mau menyembah Allah bila kita sendiri tidak mengenal Dia, maka dari itu tauhid menjadi sebuah pondasi dalam agama sedangkan shalat adalah tiang agama.

Ketika anda mengenal akan tauhid, tidak menutup kemungkinan hanya kita sendiri yang benar dengan ilmu yang kita miliki. Karena aliran dari ilmu tauhid itu banyak sekali, dari ke empat imam mazhab dalam Islam sendiri banyak menggunakan aliran Asy-‘ariyah dan Maturidiyyah, sedangkan dari kalangan Salafiayah atau Wahabiyah mengikuti aliran Watsathiyah dari Ibnu Taimiyah dan masih banyak lainnya. Dari sini saja kita sudah beragam aliran, namun bukanlah semata perbedaan ini menjadi celah sebagai pemisah dan perselisihan dari kekuatan umat Islam sendiri. Islam itu adalah rahmatallil’alamin. Wallahu’alam bish shawab

5 Responses

  1. Kalo di jawa ada syiar lewat wayang.
    Hmm… Di Aceh, ada yang namanya ‘peusijuk atau peureutek i on” pakiban teumma nyan lagee nyan?

    Sami mawon ih cit, asai bek jak cok bue lukat nyan keu jen. Tapi nit keu binatang pu laen manteng (sidom, cicak, keuraleup, dll).

  2. Tauhid adalah ajaran pokok sebelum ajaran/ilmu lain masuk ke otak kita, sehingga tidak mudah tergiur oleh fatamorgana dunia yang semakin melenakan ini. Demikian juga para rosul dari yang pertama sampai yang terakhir mengajarkan tauhid terlebih dahulu walaupun syariat tiap masa kerosulan berbeda.

    Memang tauhid yang dibawakan oleh Nabi hanya satu percaya kepada Allah dan mau mengikuti seperti yang diajarkan dan menjauhi apa yang dilarang.

  3. Sebenarnya kita tidak terhindar dari bid’ah tapi tidak merasa meskipun sudah punya ilmu yang shoheh karena dalam diri ada syetan dan hawa nafsu bila ingin tahu setelah mati ?

    Adanya nafsu dan pengaruh dari lingkungan justru malah menambah ilmu yang kita punya tertantang dengan apa yang tidak diperbolehkan oleh agama (bid’ah, -pen).

  4. assalaamu’alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh

    maaf telat (bgt) baca, nih, tapi mau menanggapi..

    saya mau tanya siapa yah yg membid’ahkan dzikir setelah sholat?saya baru tau klo emang bener itu bid’ah..
    trs yang suka membesar2kan masalah bid’ah siapa ya sampai menyebabkan perpecahan internal? ini karena pengikut sunnah yg keras terhadap bid’ah atau yg dibid’ahin jengkel sama nasehat pengikut sunnah? mau apa dikata kalau dua2nya keras, knp satu pihak aja yg disalahkan 🙂 lagipula sudah tahu kan kisah ibnu mas’ud radhiyallaahu ‘anhu ketika beliau melewati suatu masjid yang di dalamnya terdapat orang-orang yang sedang duduk membentuk lingkaran. Mereka bertakbir, bertahlil, bertasbih dengan cara yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Ibnu Mas’ud mengingkari mereka dengan mengatakan,
    “Hitunglah dosa-dosa kalian. Aku adalah penjamin bahwa sedikit pun dari amalan kebaikan kalian tidak akan hilang. Celakalah kalian, wahai umat Muhammad! Begitu cepat kebinasaan kalian! Mereka sahabat nabi kalian masih ada. Pakaian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga belum rusak. Bejananya pun belum pecah. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, apakah kalian berada dalam agama yang lebih baik dari agamanya Muhammad? Ataukah kalian ingin membuka pintu kesesatan bid’ah)?” [http://muslim.or.id/manhaj-salaf/mengenal-seluk-beluk-bidah-2.html]
    wah, klo org indonesia yg digituin gmn ya?yah..yah..org indonesia emg perasa sekali bahkan u menasehati harus mikir beribu2 kali biar die ga sakit ati…

    memang benar ada bid’ah hasanah..ups..tp bukan dalam agama karena Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda bahwa segala bid’ah adalah sesat dan segela kesesatan tempatnya di neraka. na’udzubillaahi min dzaalik.. ya yg hasanah itu contohnya teknologi dll yg kepentingan dunia, sedangkan klo dalam agama tetaplah dholalah alias sesat..

    trs imam dr 4 imam besar yg mengikuti asy’ariyah atau maturidiyyah siapa ya? bukankah mereka sama pahamnya dalam beraqidah (http://www.almanhaj.or.id/content/2451/slash/0) ? tentu mereka rahimahumullaah tidak menganggap Allah Ta’ala di mana-mana seperti aqidah asy’ariyah, tetapi meyakini bahwa Allah di atas ‘Ars-Nya. Pemahaman aqidah 4 imam besar itu sama seperti ulama salaf lainnya yaitu pemahaman ahlussunnah wal jama’ah.

    seperti kata Akh Aulia, tidak boleh taklid kan ^^, coba dicek lagi deh sama pak kiayi atau Tengku nya (maaf klo salah).. kita harus kritis (bukan dalam hal apa yg sesuai dan tidak sesuai dengan kita tapi apakah ada dalil yang bisa menjadi hujjah), dicek lagi ke qur’an dan sunnah yg shahih.. kan mahasiswa kritis 🙂

    gitu aja..

    wallaahu Ta’ala a’lam

  5. Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

    Mohon maaf bila postingan saya ini ada yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dari yang para pembacanya, maka dari itu dengan adanya pertanyaan ini semoga bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi saya juga dan bagi lain pada umumnya. Terima kasih kepada saudariku Leonny yang telah membukakan sedikit perbincangan virtual di postingan ini. Semoga kita dilindungi Allah dalam semua kesesatan. Amiin

    Sedikit menyitir hadis dari situs ini:
    Bid’ah hasanah adalah hal yg diada adakan setelah wafatnya Rasul saw dengan tanpa melanggar syariah, dan dengan tujuan maslahat Muslimin dengan landasan Hadits Rasul saw : “Barangsiapa yg membuat ajaran kebaikan (pahala) dalam islam (tidak melanggar syariah), maka baginya pahalanya, dan barangsiapa yg membuat ajaran buruk (dosa) maka baginya dosanya dan dosa mereka yg mengikutinya” (Shahih Muslim Hadits No.1017).

    Dalam keterangan tersebut juga dipaparkan bahwa;
    Orang yg menafikan Bid’ah hasanah, maka ia menafikan dan membid’ahkan Kitab Al Qur’an, karena tak ada perintah Rasul saw untuk membukukannya dalam satu kitab, dan itu adalah Ijma’ shahabiy radhiyallahu’anhum hingga disebut Mushaf Utsmaniy.

    Demikian pula Kitab Bukhari, Muslim, dan seluruh kitab hadits., karena pengumpulan hadits Rasul saw dalam satu kitab merupakan Bid’ah hasanah yg tak pernah diperintahkan oleh Rasul saw.

    Demikian pula ilmu Nahwu, sharaf, Musthalahulhadits, dan lainnya hingga kita memahami derajat hadits, inipun semua Bid’ah hasanah.
    Mungkin lebih lengkapnya bisa dibaca di http://alhidayah.org/bid'ah.htm.

    trs yang suka membesar2kan masalah bid’ah siapa ya sampai menyebabkan perpecahan internal? ini karena pengikut sunnah yg keras terhadap bid’ah atau yg dibid’ahin jengkel sama nasehat pengikut sunnah?

    Untuk yang ini, saya hanya mendengar dari balik microfon mesjid yang terdengar jelas. Entah kenapa sang pimpinan kuliah shubuh menyebutkan seperti itu dalam sebuah majelis. Apakah ini ada kaitannya dengan debat-debat orang Islam sendiri tentang masalah bid’ah ataupun ada alasan tersendiri dari pak kiyai tersebut.

    Karena aliran dari ilmu tauhid itu banyak sekali, dari ke empat imam mazhab dalam Islam sendiri banyak menggunakan aliran Asy-’ariyah dan Maturidiyyah, sedangkan dari kalangan Salafiayah atau Wahabiyah mengikuti aliran Watsathiyah dari Ibnu Taimiyah dan masih banyak lainnya.

    Mungkin ini saya akan pertanyakan kembali mengenai apa yang telah dipaparkan oleh Tengku saya itu, semoga bisa diperjelas atau mungkin terdapat kekeliruan dari pernyataan tersebut yang saya tangkap.

    Wassalam

Leave a reply to Ozan Cancel reply