• Kicauan Terakhir

  • Baca Juga

  • Komentar Anda

    debrajoem on 13 Tahun jadi Blogger, Kini Pe…
    Blog Entertainment I… on Sekedar Tips dari Twitter untu…
    Blog Berita Indonesi… on Film Tsunami Aceh Hadir di Lay…
    Blog Teknologi Indon… on Perempuan Aceh dan Arti Sebuah…
    Blog Olahraga Indone… on 13 Tahun jadi Blogger, Kini Pe…
    Yusuf on Makam Tgk Di Cantek, Terlantar…
    Miftah Habibi on 13 Tahun jadi Blogger, Kini Pe…
  • Arsip

  • Kategori

  • Para netter yang doyan ke OWL

    Aulia87.wordpress.com website reputation
    MyFreeCopyright.com Registered & Protected

Sayang Leupah That Sayang


Maaf bagi anda yang tidak tahu judul di atas mungkin ini seakan hanya melihat kondisi tempat saya sendiri (narsis, -pen), adapun judul itu sebenarnya adalah berarti kurang lebihnya “Sayang Oh Sayang Sekali”. Kenapa saya terinspirasi untuk ngomong masalah daerah lagi kali ini, karena waktunya saya untuk bersuara lagi setelah saya beberapa hari ini mengalami “kelelahan” berpikir dengan kampus saya ini, penuh dengan tanda tanya dan belum terjawab untuk semuanya.

Nah, kembali ke judul sebelumnya “Sayang Leupah That Sayang” kenapa itu bisa terus terbesik dalam hati, mungkin inilah waktunya dimana gencarnya para politisasi dalam melihat dunia tanpa lupa akan hidup untuk terus menguasai dunia. Langsung saja sebenarnya ada dua titik temu yang kini seakan gencar bak air mengalir deras ditengah sungai tanpa bebatuan yang mengeluti kehidupan orang-orang Aceh. Tahukah anda seberapa banyak bermunculan partai lokal (parlok) di Aceh setelah kepemimpinan yang baru ini? Belum lagi dengan parlok lainnya yang kini cukup banyak beredar di kalangan nusantara. Bushiiitttt!

Mungkin bila pengamat-pengamat melihat atau pun membaca berita di berbagai media massa, saat ini hanya 13 parlok yang di Aceh yang telah mengajukan verifikasi di Departemen Hukum dan HAM wilayah Aceh. Namun, sebelumnya saya mendapatkan data dari media massa sebelum tempo waktu ini (verifikasi, -pen) sejumlah 15 parlok. Berikut nama-namanya Parlok di Aceh setelah verifikasi maupun sebelumnya:

1. Partai Rakyat Aceh (PRA)
2. Partai Aceh Aman Sejahtera (PAAS)
3. Partai Aceh Leuser Antara (PALA)
4. Partai Lokal Aceh (PLA)
5. Partai Pemersatu Muslim Aceh (PPMA)
6. Partai Gabthat
7. Partai Aliansi Rakyat Aceh Peduli Perempuan (PARAPP)
8. Partai Gerakan Aceh Mandiri (GAM)
9. Partai Serambi Persada Nusantara Serikat (PSPNS)
10. Partai Bersatu Atjeh (PBA)
11. Partai Demokrat Aceh
12. Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA)
13. Partai Darussalam
14. Partai Daulat Aceh (PDA)
15. Partai Aceh Meudaulat (PAM)

Cukup banyak bukan, namun tidak harus berbangga dengan hasil verifikasi yang kemungkinan besar banyak dari 15 ini harus finish sebelum babak final tahun 2009 nanti. Sebuah hal yang sangat luar bisa diduga sebelumnya rakyat Aceh belum melihat sedemikian rupa bisa menjadi maraknya otak-otak manusia yang berjuang “atas nama nurani rakyat”, kita berjuang bersama dan bla…bla…bla tulisan lainnya yang menjadi semboyan bagi para parlokers.

Sedikit kisah mengingat MoU Helsingki, ada seorang teman yang memberi tahukan saya dan dia mendapatkan jawaban tersebut dari seorang anggota Dewan pusat di Jakarta bahwa pemilihan Gubernur Aceh secara independen yang dilaksanakan oleh Komite Independen Pemilihan (KIP) merupakan wujud dari ketetapan MoU. Namun, sangat disayangkan itu hanya sebagai “taktik” baru dalam perpolitisasi di Nanggroe Aceh Darussalam. Panjang cerita pokoknya dari uraian itu, namun saya paling ingat dengan kata-kata permainan dibalik Acara Terbesar tersebut.

Cukup sudah untuk parlok, masih banyak problema di balik itu semua. Ada satu hal lagi ternyata para mahasiswa di Aceh pun sempat membahas tentang akan adanya Partai Mahasiswa Aceh (PARMA) dengan berlabelkan aspirasi seperti yang di atas penulis ungkapkan “memperjuangkan aspirasi mahasiswa”, ternyata mahasiswa saja terbawa dan larut dalam suasana, sungguh menyedihkan. Yang sebenarnya mengusir dunia perpolitikan dalam kampus, malah membawa bencana baru.

Beralih dengan suasana Aceh saat dengan isu pemekaran yang kini pun menjadi-jadi, satu hal yang paling terpandang dalam hal ini adalah keberadaan partai politik nasional yang terus mendukung dengan isu tersebut (pemelaran, -pen). Sangat kelihatan mereka akan mengalami WO dengan parlok yang ada di Aceh saat ini. Sungguh sebuah permainan, anda bisa menilainya sendiri. Berbagai media massa memuat berita tentang pemekaran provinsi baru ALA dan ABAS, mereka berdoa dan berharap semua itu bukan bentuk perpecahan dari Nanggroe Aceh Darussalam justru merupakan sebuah langkah baru dalam perkembangan untuk memajukan dan membantu pemerintahan Bang Wandi dan Nazar.

Banyak orang disini yang tertawa dan berpangku tangan dengan “konflik” yang Aceh sedang hadapi. Bukan perperangan seperti masa DOM, bukan darurat militer dan bukan perkelahiaan antara GAM dan TNI melainkan perperangan ideologis dan pikiran (Ghazwul Fikri). Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 120 yang artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Sadarkah mereka akan semua hal yang terjadi ini, bila dunia ini tidak lepas dari para kawanan Yahudi dan Nasrani, apalagi Aceh yang sampai saat ini rehab dan rekon masih terus berlangsung dan akan berlangsung sampai mereka puas akan semua petunjuk. Baca Modus Aceh terbitan terbaru disini. Tidak salah juga bila kita ingin melihat dengan sudut pandang yang lain, bukan mengatakan sesuatu yang tanpa fakta melainkan masyarakat yang merasakannya.

Diakhir tulisan ini saya mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membuka wawasan saya tentang Aceh Sepanjang Abad, tidak salanya bila dari dulu Aceh sudah dikenal dengan semboyan “Aceh Lhee Sagoe” (Aceh Tiga Segi), namun Sultan Iskandar Muda masih bisa mempertahankannya. Kita lihat saja Bang Wandi dan Nazar dengan pertahanannya!!!!