Sejak hari jum’at (18/4) yang lalu saya kehilangan akan dunia luar, ketika informasi yang ada berubah menjadi suasana politisasi dalam sejuknya udara puncak Bogor. Ya itulah namanya “Peusapat Kawoem Muda” atau dalam arti bahasa Indonesia “Temu Kaum Muda” yang merupakan acara perdana dalam kontrak sosial pendidikan politik untuk pemuda dan mahasiswa Aceh di Jakarta dan sekitarnya.
Acara yang berlangsung selama 2 hari ini, mendatangkan pembicara dari berbagai kalangan, pengamat dan aktivis politik. Acara ini diselenggarakan penuh oleh panitia Asrama FOBA Setiabudi Jakarta dengan dibantu oleh BRR (yang tidak jelas rimbanya).
Dalam kontrak sosial ini, diangkat sebuah tema yakni “Perdamaian Abadi sebagai Basis Peradaban dan Kebudayaan Rakyat Aceh” dalam dua sesi berbeda yaitu panel forum dan workshop. Pengalaman yang sungguh luar biasa ternyata dalam ikut serta acara ini, dimana wawasan akan dunia perpolitikan Aceh dikupas secara mendalam dan terbaru.
Tak lepas dari itu juga, tentunya sesi panel forum lebih membuka sejumlah opini dan pendapat dari berbagai kalangan aktivis muda di Jakarta. Acara yang sempat dihadiri oleh staf ahli Menpora Bang Arief Jamaluddin ini membuka sebuah wacana baru untuk pergerakan mahasiswa Aceh ke depan.
Selain panel forum yang terbuka bebas ini, malam apresiasi film yang berjudul “Hotel Rwanda” juga menjadi topik yang sangat menarik disela-sela malam mingguan di puncak. Dimana konflik yang terjadi di Rwanda selama ini teradopsi sebagai sebuah pertikaian yang sangat erat bersuasana politik seperti di Aceh saat ini.
Workshop yang di fasilitatori oleh Teuku Kemal Fasya asal dosen Universitas Malikussaleh pada hari kedua juga mengangkat sisi baru bagi peserta acara ini. Sebuah makna kata rekonsiliasi yang dimiliki oleh Aceh diangkat sampai ke tema skenario untuk memerankan aksi-aksi yang telah ada.
Isu pemekaran, perbedaan etnis, budaya dan ekonomi sampai kepentingan politik akan pihak ke tiga (spoiler of peace) juga menjadi isu hangat suasana dalam workshop tersebut. Tak ketinggalan juga dalam acara ini juga turut hadir peserta dari kaum wanita dengan mengangkat sisi gender yang selama ini tumpang tindih.
Selain itu, acara yang berlangsung dengan suasana santai dan nyaman ini menjadi titik awal bagi para pemuda dan mahasiswa Aceh di Jakarta untuk bisa berkontribusi penuh dalam membangun pemerintah Aceh untuk masa depan. Jeda waktu yang selama ini ada memang sangat diutamakan untuk proses rekonsiliasi (perdamaian) setelah penandatanganan MoU Helsinki 15 Agustus 2005.
Akhir kata saya pribadi mengucapkan selamat atas kerja keras mahasiswa Aceh FOBA untuk terselenggaranya acara ini, semoga tahun depan menjadi acara tahunan yang selalu mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan. Berita selengkapnya juga bisa di lihat di blog SAMAN UI hasil postingan saya, lengkap dengan rangkaian acara.
Berbagilah walau lewat satu media sosial
Like this:
Like Loading...
Filed under: Aceh Hari Ini, Ekstrakurikuler, Politisasi | Tagged: Aceh, FOBA, Mahasiswa, MoU, Perdamaian, Rekonsiliasi, SAMAN UI | 8 Comments »