• Kicauan Terakhir

  • Baca Juga

  • Komentar Anda

    debrajoem on 13 Tahun jadi Blogger, Kini Pe…
    Blog Entertainment I… on Sekedar Tips dari Twitter untu…
    Blog Berita Indonesi… on Film Tsunami Aceh Hadir di Lay…
    Blog Teknologi Indon… on Perempuan Aceh dan Arti Sebuah…
    Blog Olahraga Indone… on 13 Tahun jadi Blogger, Kini Pe…
    Yusuf on Makam Tgk Di Cantek, Terlantar…
    Miftah Habibi on 13 Tahun jadi Blogger, Kini Pe…
  • Arsip

  • Kategori

  • Para netter yang doyan ke OWL

    Aulia87.wordpress.com website reputation
    MyFreeCopyright.com Registered & Protected

Menguak Sisi Sejarah Kerajaan Samudera


Ekspedisi dimulai, mencari rawa, alu dan tambak sekitar kampung Samuti RayeukJAM sembilan pagi Minggu, 26 Agustus kami telah sepakat. Tim ekspedisi Komunitas Blogger Aceh siap untuk mencari tahu secuil kisah dari mulut ke mulut yang beredar hanya bagi sebagian masyarakat, itu pun masyarakat kecil dalam satu kampung.

Kecamatan Peusangan dan Kecamatan Gandapura, kedua kecamatan ini tepatnya berada dalam wilayah Kabupaten Bireuen. Itulah dua kecamatan yang kami targetkan seharian itu.

Bersama rombongan sekitar 9 orang lengkap dengan juru pandu kami pun memulai dengan titik poin pertemuan di Masjid Kutablang, Gandapura.

Tidak saja blogger Bireuen, beberapa blogger regional Lhokseumawe juga ikut dalam ekspedisi edisi hari raya itu. Momen yang pas untuk bersilaturrahmi, begitulah pikir kami sehingga membuat ekspedisi kecil-kecilan dengan teman-teman blogger.

Setengah jam kami berbincang dengan T. Kamal, beliau salah satu akademisi di sebuah kampus di Bireuen, menyusun lokasi yang akan kita lalui, Samuti Aman, Samuti Krueng, Samuti Makmur, dan Samuti Rayeuk itulah beberapa nama kampung yang akan kami lewati yang berada di Kecamatan Gandapura.

Memasuki kampung Samuti ini, rasanya seperti kita berada di atas kuburan. Nisan bate krueng (batu sungai) dengan tanah bercampur pasir menemani kami pagi itu. Kata Samuti ini sendiri konon berasal dari sambot cut ti (sambut Cut Ti, Cut Ti adalah nama seorang perempuan) begitulah orang kampung itu menyebutnya.

Daerah ini diyakini bagian dari pelabuhan masa kerajaan duluDan di Samuti inilah dulunya menjadi tempat yang sangat ramai dikunjungi orang. Karena pelabuhan besar yang terhubung ke berbagai negara telah laman ada di Samuti sehingga tidak heran tanah dengan tekstur pasir hampir rata sudut kita jumpai. Lalu dimana pelabuhan bersejarah itu?

Dari lokasi sekitar itu kami hanya menemukan alu dan tambak, dan disitulah diduga kuat pada masa kerajaan menjadi induk dari pelabuhan besar, walaupun bukti peninggalannya tidak bisa kita saksikan. Tapi saat tiba musim pasang, air tambak sering naik dan bahkan beberapa penduduk setempat di Samuti Makmur sering menemukan gerabah saat mencari ikan.

Tidak lama setelah itu kami pun beranjak mencari nisan-nisan kuno, dimana nisan kuno yang kami akan lihat waktu itu belum ada banyak sejarah yang diketahui oleh masyarakat sekitar. Bahkan tidak menutup kemungkinan nisan-nisan dengan corak yang lazim ditemukan itu bisa saja orang-orang yang pernah memerintah pada masa kerajaan Samudera.

Kerajaan Samudera

Sejarah keberadaan Samudera dan Pasai memang sering kita ketahui sebuah kerajaan yang satu, tapi jika merunut kembali sejarah yang ada Kerajaan Samudera dan Pasai itu berbeda.

Pasai sendiri berada di sekitar daerah Geudong, Aceh Utara dan Samudera sendiri berada di pesisir pantai Peusangan yang kami kunjungi ini. Namun, semua itu tentu masih hipotesa yang masih butuh penelitian lebih lanjut oleh peneliti dan arkeolog untuk mencari benang merah sejarah dua kerajaan yang bergabung menjadi dua ini.

Nisan yang ditemukan diantara semak belukarTapi banyak literatur yang masih perlu kita pelajari untuk mencari akar itu semua. Kapan-kapan kita ceritakan tentang itu. Lanjut ke nisan tadi, kami menemukan 3 nisan yang sejajar di sela-sela semak belukar tidak begitu jauh dari tambak-tambak masyarakat sekitar.

Sayangnya, dari kami tidak ada yang satu pun bisa membaca pasti tulisan dari batu-batu nisan tersebut karena lupa juga membawa kapur untuk mentranslasinya.

Masyarakat sekitar, ketika ditanya sering memberikan komentar itu kubu ureueng jameun (kuburan orang jaman), karena dari berbagai keturunan mereka tidak ada yang tahu pasti sejarah keberadaan 3 batu nisan tersebut.

Tidak lama, kami pun beranjak ke Samuti Rayeuk salah satu kampung tetangga dari Samuti Makmur.

Di Samuti Krueng inilah kita bisa menemukan juga makam Banta Ahmad yang telah dipugar, tidak jauh itu juga masih banyak batu-batu nisan yang bercorak sama dengan nisan Kerajaan Pasai dan berjejer rata.

Makam Banta Ahmad di Samuti KruengTemuan di Gampong Raya

Setelah hampir 2 jam lebih kami di kampung Samuti, Gandapura akhirnya kami beranjak untuk mencari tahu kondisi nisan di Gampong Raya, Kecamatan Peusangan yang tidak begitu jauh hanya butuh waktu 15 menit mengendarai sepeda motor.

Kondisi batu nisan jenis bate krueng juga kami temukan disini. Hampir setiap kaki untuk melangkah rata-rata semua ada batu nisan.

Menariknya, disni kami menemukan salah satu nisan yang mirip dengan nisan di makam raja-raja di Darul Kamal, Peukan Biluy di Aceh Besar.

Temuan nisan di Gampong Raya

Kondisi nisan di Gampong Raya ini terbilang mudah ditemukan, karena tepat berada di kebun warga.

Beberapa batu nisan disini juga ada ‘pantangan’ yang tidak boleh diambil atau dipindah-pindah, kita tahu batu nisan sering digunakan sebagai batu asah. Padahal ini salah satu situs purbakala yang harus dijaga tapi warga sering tidak peduli dengan hal itu.

Hampir sejam lebih kami di area kebun warga ini melihat dan mendokumentasi beberapa batu nisan, rata-rata nisan disini tidak banyak yang ada tulisan kaligrafi Arab beda dengan yang di Samuti.

Perjalanan pun kami lanjutkan, sekitar 5 menit masih di Gampong Raya kami menuju ke salah satu batu nisan yang lumayan besar.

Orang-orang sekitar mengenalnya dengan sebutan batu nisan Raja Dherma (Dharma), disini kami hanya mendapatkan sedikit cerita dari Nek Ruhana. Kalau dia pernah diceritakan oleh orang tuanya di lokasi nisan raja ini dulunya dikenal dengan nama Cot Kandang, jika tidak salah bentuk tanah disitu dulu agak lebih tinggi dari tanah disekitarnya, sehingga patut disebut cot (bukit) kecil tempat dimana raja dimakamkan.

Tapi kini keadaan nisan memang telah termakan usia ratusan tahun lalu, bukit kecil pun sudah tak begitu kelihatan lagi. Lokasi nisan Raja Dherma ini berada di kebun warga yang masih dirawat dan dijaga.

Itulah sekelumit kisah sejarah di Peusangan, masih banyak yang harus dicari tahu lebih lanjut hubungan kerajaan Samudera ini yang berhubungan erat dengan Pasai. Karena jika bukan kita yang mau mencari tahu, kita tidak akan pernah bisa mengisahkan pada anak cucu nanti dan siap-siap kita semakin banyak kehilangan akan sejarah endatu (leluhurnya).[]

Tulisan lainnya yang bisa dibaca:

This slideshow requires JavaScript.

19 Responses

  1. siiip dah, jalan jalan sambil belajar sejarah 🙂

  2. kilas balik.. mencari jati diri nih kayanya? jangan-jangan situ keturunan gajahmada
    hwehehehe
    (^_^)v

  3. suka pergi ekspedisi ya mas??? asik ya bisa menguak misteri 😉

    • sebenarnya lebih ke hobi aja sih mba, karena bisa bareng teman dan komunitas suasananya itu memang sudah klik aja apalagi kalau itu bernilai sejarah tentu banyak tugas-tugas besar dipundak kita itu yang mesti tahu akan nilai-nilai dari sebuah sejarah 😀

  4. Hmm.., tempat masih terlihat natural sekali mas. Andai itu digali pasti bisa ditemukan lebih banyak lagi itu kayaknya.

    • betul mas, waktu itu saja pas kami lihat banyak sekali batu-batu nisan di atas permukaan tanah. Mungkin di dalamnya lebih banyak lagi yang telah tertimbun oleh masa beberapa ratus tahun lalu. Semoga saja suatu hari nanti kita bisa cari tahu lebih lanjut sejarah ini 🙂

  5. wah tambah informasi baru lagi ini saya 😀 Semoga kapan-kapan bisa bergabung dengan aceh blogger untuk ekspedisi selanjutnya hehe

    • sebenarnya informasi ini masih sangat minim akan referensi ilmiah, jadi masih perlu banyak kajian lagi 🙂

      silahkan bergabung bersama dengan aceh blogger di Banda Aceh barangkali nanti ada ekspedisi juga di sana 😀

  6. Belajar sejarah untuk membuat sejarah baru.
    Salam kenal

  7. wah mantebh bener ni jalan2, saya juga belajar arkeolog antropologi, whuoo, keren bisa jalan2 gituu, hehe

  8. Konon kerajaan atlantis yang dulu pernah berjaya lokasinya di bumi nusantara. Salam 🙂

  9. Sejarah kerajaan samudera pasai..

Leave a reply to Aulia Cancel reply