KERAP sekali kata-kata lulusan baru atau fresh graduate itu terdengar, yang setidaknya pertanyaan lazim, “sudah kerja dimana sekarang?” dan berbagai pertanyaan lainnya.
Judul tulisan ini juga saya bingkiskan dihalaman Google+ beberapa jam lalu, mengingat tulisan ini sudah lama ingin saya tulis.
Semenjak menyandang gelar sarjana dan resmi diinugerasikan pada tanggal 16 September lalu dihadapan ribuan mahasiswa, membuat sebagian dari kewajiban dan rutinitas ngampus terbilang sangat berkurang.
Biasanya, kegiatan ngampus itu memang terbilang mengasyikkan dan satu hal yang pasti menjadi suatu kewajiban bagi yang masih menyandang status mahasiswa.
Kini status mahasiswa pun sudah ditanggalkan, tentunya berganti menjadi mantan mahasiswa alumni. Konon di kampus saya dibawah naungan yang bernama lengkap Fakultas Ilmu Komputer ini hampir dari semua lulusan terbilang dalam kategori “mapan”.
Kenapa demikian? mapan dalam artian setiap lulusan rata-rata punya potensi dan reputasi yang banyak diincar oleh berbagi perusahaan, lembaga, dan lainnya serta ada juga menyambung dalam studi baik dengan beasiswa atau dengan biaya sendiri.
Sebenarnya tidak hanya itu, banyak juga para alumni yang mengabdi dengan pada almamater dengan berbagai alasan, ikut riset, menjadi asisten dosen, mengincar beasiswa yang ditawarkan kampus, dan tentu masih banyak lainnya yang tidak mungkin habis diuraikan satu persatu.
Nah, kembali lagi pada fresh graduate di atas seperti apa yang saya utarakan. Dulu sejak menjadi mahasiswa, tahun pertama dan kedua, lazimnya para senior sering sekali berbagi cerita dan pengalaman. “Biasanya mahasiswa Fasilkom itu paling lama 3 bulan setelah lulus sudah digaet sama perusahaan, tapi ada juga yang lagi kuliah udah pada ditawarin kerja”, tutur salah seorang senior saya.
Hmm, menarik juga bukan mendengar cerita senior itu. Itu kira-kira hampir 5 tahun yang lalu saya mendengar kata-kata tersebut, ya sekitar tahun 2006 tepatnya. Memang kata-kata itu sekarang lebih terdengar asyik karena sudah melihat fakta dan beberapa bukti di lapangan yang sesuai kenyataan.
Lalu, apa benar semua yang lulus itu memang hanya menunggu 3 bulan lalu sudah mendapat kerja? sebenarnya ini bukan lelucon, ada juga yang tidak lulus, terancam drop out (DO) dan sampai DO juga ada yang sukses. Jadi, ingat Bill Gates, (Alm) Steve Jobs, Mark Zuckerberg, dan orang-orang penting lainnya 😀
Mungkin mereka-mereka yang kategori terancam itu sudah punya jalan tersendiri, dan itu sering terbukti lewat langkah kongkrit bahwa atas nama curiculum vitae (CV) mereka itu tidak jarang kurang dari 5 lembar A4. Apa saja disana? tentu semua skil, organisasi, dan lainnya yang mereka punya sudah terasah ada di CV itu.
Berpikir Kreatif dan Inovatif
Berhubung cerita singkat di atas itu kerap terjadi di berbagi kampus, lalu apa nih yang bisa kita kembangkan setelah menjadi alumni alias fresh graduate? apa mendominasi dengan CV yang bagus + IPK yang cantik melamar pekerjaan pada perusahaan-perusahaan terkenal, atau lebih konyol santai lagi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dibuka setiap periode dengan menenteng ijazah atau juga jadi seorang yang kreatif membuka lowongan bagi orang lain (jika mampu mengkombinasi tentu itu lebih bagus–itu tidak mustahil lewat kreativitas dan inovasi).
Itulah beberapa pilihan dan tentu saya, Anda dan kita semua akan menentukan pilihan sendiri. Pastinya jangan ada penyesalan setelah memilih, karena perkara memilih itu sering membuat orang ragu disaat tidak nyaman dalam pilihan yang bukan kehendaknya lalu berpindah pada pekerjaan lain, “be your self” (mencari jadi diri dalam hal pekerjaan itu repot sebenarnya).
Entah kenapa saya belum memikirkan yang namanya PNS, bukan alergi atau bukan menolak jika ingin menjadi abdi negara. Namun, ada sesuatu hal yang ini saya kreasikan dengan kemampuan yang ada sekarang.
Dalam sebuah tahapan dan cita ingin melanjutkan studi, walaupun jelas tidak memilih ilmu yang sama. Sedikit melakukan manuver dalam disiplin ilmu yang berbeda dan semoga saling terikat dan punya tolak ukur yang sesuai kedepannya.
Hal yang paling utama sekarang adalah membangun (kompetensi) skill dan mengasah kemampuan, sempat 4 bulan sebelum sah menjadi sarjana sebuah tawaran dan interview membayangi untuk turun dalam ranah pekerjaan seperti biasanya alias menjadi orang yang bekerja serius, pergi pagi dan pulang sore atau bahkan tidak pulang sama sekali karena tuntutan pekerjaan yang memang membutuhkan anak muda yang lagi-lagi kreatif dan unik tentunya.
Tapi lagi-lagi ini saya lewati dengan santai, tidak terburu-buru dan hasilnya saya pun melepas dengan dalih saya masih memikirkan sesuatu yang lain.
Sesuatu yang mungkin janggal adalah saya membuat sebuah kantor virtual alias dunia maya yang bernama HackMedia atau jika Anda sering bermain di jejaring Foursquare bisa menemukan venue dengan nama Lab. “Redaksi” HackMedia!.
Yah, terasa janggal memang. Ada paduan kata Lab, Redaksi dan pastinya HackMedia! yang tidak ketinggalan. Sebenarnya itulah asal usul bertahan dengan posisi “nganggur” sekarang ini. Bukan masalah check in di venue itu, tetap lebih ke arah passion yang sedang saya bangun dari hal-hal kecil.
Lewat kata “Lab” saya belajar menganalisa seperti bidang yang saya tekuni yakni social media dan teknologi (termasuk tindakan-tindakan yang lazim terjadi di jejaring sosial, baik itu penyebaran virus serta konco-konconya) :D, lalu lewat “Redaksi” saya pun belajar menulis, menggarap berbagai tulisan seputar kedua bidang tersebut. Dan “HackMedia!” itu bisa disebut sebagai gabungan dari kedua minat yang saya jalani saat ini.
Saya sering mengungkapkan pekerjaan di dunia virtual ini lebih bersifat santai, fleksibel, dan yang tak kalah penting keseriusan sebagai modal utama serta income yang masuk adalah nilai lebih diantara belajar dan belajar.
Tapi diantara kesemua itu, belajar lewat hal yang masih janggal ini semuanya tetap memberikan pengalaman tersendiri. Karena apa? karena interaksi yang kita bangun (lewat komunitas, pertemanan, jaringan, dll) juga bisa menjadi interaksi nyata dalam kehidupan sehari-hari melihat berbagai perkembangan yang ada dengan mendapatkan banyak masukan, kritik yang terus mendukung.
Jadi, kalau dibilang fresh graduate kok nganggur? tidak salah, karena semua kita bisa nganggur dengan melakukan sesuatu yang kadang bisa membuat kita lebih nyaman pada sesuatu itu atau dengan kata lain kita telah berada di zona nyaman (comfort zone), dimana kenyamanan bukan berarti enak, mudah dan gampang, melainkan bisa melakukan dan menangani masalah-masalah yang kesemuanya bisa saja datang begitu saja.
Terakhir, saya ucapkan banyak terima kasih buat semua, buat teman-teman seangkatan, teman-teman komunitas, senior, junior serta yang tak kalahnya adalah para dosen yang telah banyak memberi inspirasi dan motivasi serta spesial buat sang “bunda” pembimbing dan kedua orang tua.[]
Ini ada sebuah rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) tentang keadaan ketenagakerjaan Indonesia yang update Februari 2011.
ilustrasi dari gigathoughts.com
Filed under: Ekstrakurikuler, ICT, Kampus | Tagged: Drop Out, Fresh Graduate, HackMedia!, Inovatif, Kerja, Kreatif, Lulusan, Mahasiswa, Social Media |
saya juga menjalani hal yang sama. namun saat ini saya belum/tidak bergelarkan alumni mahasiswa dari salah satu universitas di dunia. hehe
waktu kuliah sok-sokan sih, jadi pas njalani aktifitas kampus justru gak aktif. banyak mbolosnya… akhirnya terdamparlah di masyarakat langsung. belajar dengan alam dan lingkungan.
menarik juga tuh, berbagi pengalaman bersama masyarakat dan ikut belajar dengan alam 🙂
sukses buat mu Pardi 😉
saya juga masih dalam posisi fresh graduate 🙂
nah kalau begitu berarti sudah tambah pasukan fresh nih 😀
jadi ceritanya aku kan guru SMA. dulu pernah bbrp kali kasih semacam nasehat untuk anak-anak:
sejak jadi mahasiswa, persiapkan diri untuk menjadi wiraswasta. karena jaman sekarang, cari pekerjaan itu susah. kalo bisa membuka lapangan pekerjaan (minim untuk diri sendiri, syukur klo bisa jadi employer) kan enak tuh.
jangan nunggu sudah lulus, sudah kesana-kemari apply jadi pegawai di kantor orang dan ga keterima, baru berfikir untuk jadi wiraswasta!
minimal, sejak jaman kuliah sudah mempersiapkan dana-nya deh (bisa berasal dari tabungan sendiri atau tabungan ortu 😀 ). buat beli franchise kek, atau buka usaha sendiri kek. atau apa aja lah.
nah masukan dari Tyka ini bisa jadi penyemangat buat mahasiswa yang akan mau lulus atau lagi hunting untuk buka usaha sedang kuliah.
konsep menabung itu penting sekali memang, ayo anak muda Indonesia belajar berwiraswasta dengan membuka lapangan kerja 😉
Thanks Tyka atas sharingnya disini 🙂
Sabar, tetap berdoa dan berusaha …
Amin 🙂
Amin, terima kasih mas 😉
Kalau gw dh nganggur 12 thn lbh. gw juga dh berumur 36 thn blm pernah pacaran. dlu gw di perantauan, kalau krja spt anak bawang shg gw sering dimutasi krn dianggap gk becus. gw kalau nyari cewek juga spt anak bawang shg gw sering ditolak dan diremehkan cewek. krn gw nampak bodoh dan lemah. teman gw ada yg anggap gw bodoh + lemah, manusia aneh dan langka, gk punya masa dpan, manusia setengah jadi, gk berguna dll. gw kmdian pulang kampung malahan nganggur dan jomblo sngt lama. gw nyoba bisnis di intrnt tp gagal trs. gw buka usaha kecil kecilan hasil nya gk cukup memenuhi kebutuhan sehari hari. gw dh beberapa thn rajin ibadah tp nasib gk berubah.
Mungkin mas sudah waktunya dekat dengan orang-orang atau sering berkonsultasi dengan ustadz serta ulama untuk memudahkan hidup tenang dan bahagia, karena bahagia bukan soal materi semata 🙂