
ilustrasi oleh al-habib
Tinggal menghitung hari, Idul Adha sudah didepan mata. Berbeda dengan lebaran puasa alias Idul Fitri yang disambut begitu meriah dengan kondisi yang ada dimasyarakat saat ini.
Mengutip kata Idul Adha yang artinya kembali kepada semangat berkurban, sungguh sangat luar biasa. Sebuah refleksi akan sejarah umat Islam, dimana antara yang hak dan bathil dipertaruhkan oleh Nabi Ibrahim as.
Tak heran pula, sang anak yang begitu kuat akan imannya kepada Allah SWT dengan rela Ismail mengiyakan untuk disembelih.
Lihatlah, ketika Ibrahim menyampaikan sesuatu kepadanya anaknya “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
Lalu sang anak pun menjawab “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Kegembiraan dan sikap mensyukuri akan penghambaan diri kepada Allah SWT dalam Idul Adha adalah sikap sempurna, dimana membaca kehidupan sehari-hari seperti apa yang telah dilalui Ibrahim dan Ismail.
Saat kita mengurai akan simbol Idul Adha, betapa besar pelajaran yang bisa kita rasakan dari momen tersebut. Walaupun banyak perbedaan (waktu) perayaan yang kita lihat belakangan ini bahkan dari dulu, tidak pernah membuat surut bagi kita sebenarnya untuk bisa menghargai akan rasa pengetahuan (ijtihad) yang ada.
Dalam sebuah hadist, dari dari ‘Aisyah ra “Idul Fitri adalah hari saat umat manusia berbuka, dan Idul Adha adalah hari ketika umat manusia menyembelih kurbannya.” (HR. Tirmidzi).
Tepat 10 Dzulhijjah, sehari setelah para jamaah haji melakukan wukuf di Arafah, maka pada hari itu pula diwajibkan bagi kita umat muslim untuk melaksanakan Idul Adha. Bila perbedaan pun terjadi penetapan hari Idul Adha, ini semua diserahkan pada khilafah (pemerintah) untuk menentukannya.
Akhir kata, apa yang ada dalam 2 ayat surat Ar-Ruum 31-32 semoga menjadi bahan renungan kita, “Janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah agama mereka dan mereka menjadi beberapa partai. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.
Jadikan bukti dengan hari raya kurban sebagai perlambang kesediaan seseorang untuk mengorbankan barang yang paling dicintai dalam rangka mengabdikan diri di jalan Allah. “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya” (QS. Saba: 39).
Filed under: Agama, History, Renungan | Tagged: Arafah, Hari Raya Haji, Hewan, Ibrahim, Idul Adha, Ismail, Khilafah, Kurban, Lebaran, Libur, Nabi, Pemerintah, Qurban, Wukuf |
semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari idul adha kali inih walaupun sampe sekarang akuh sendiri lom bisa korban apa apa selain korban perasaan 😛
smoga jha qali ne bnar2 brkah…
pngen bnget sie b’korban….
tp pa yg hruz chi korbankan,,,,,???
au dhe….
saya selalu berharap agar suatu saat saya mampu berqurban walaupun hanya sekali seumur hidup..karena rasullullah pernah bersabda barangsiapa yang diberi kemudahan harta tapi tidak ber-kurban (kikir, red) maka lebih baik dia tidak perlu mengikuti shalat idul adha paginya…
Tak terasa yah sebentar lagi Idul Adha… 🙂
Berkurban adalah salah satu bukti cinta kita kepada-Nya…
Dua uroe teuk Uroe Raya, hore…. Hehehe…
met lebaran haji ya,sahabat
semoga menyenangkan pula akhir pekan ini dimana dan mau apanya sahabatku nantinya
salam hangat selalu
Selamat Hari Raya Kurban juga ya Bang OL.
semoga berkah…!!lho…*ehh…bener kan…*heheheh
[…] Idul Adha Yang Menebar Berkah […]